Saat ini, banyak konsumen masih merasa ragu untuk sepenuhnya beralih ke mobil listrik. Keadaan ini memicu industri otomotif untuk meminta pemerintah menghidupkan kembali insentif yang sebelumnya ada.
Gareth Dunsmore, kepala e-mobility Nissan, menekankan bahwa para pengemudi memerlukan "lebih banyak insentif dan kurang paksaan" untuk memutuskan membeli mobil listrik. Beberapa insentif, seperti subsidi untuk mobil listrik dan pengecualian pajak jalan, akan berakhir pada bulan April mendatang.
Pajak Mobil Mahal (ECS) yang diterapkan pada kendaraan dengan harga di atas £40,000 berpotensi menambah biaya kepemilikan kendaraan listrik hingga £600 per tahun. Akibatnya, calon pembeli menjadi semakin enggan untuk memilih mobil listrik.
Mike Hawes dari SMMT merekomendasikan agar batas pajak tersebut dinaikkan menjadi £60,000 agar lebih relevan dengan kondisi pasar saat ini.
Kurangnya dukungan pemerintah dalam membangun infrastruktur pengisian daya juga menjadi kendala besar. Laporan komite yang dirilis pada Maret 2026 menunjukkan bahwa Departemen Transportasi belum memenuhi target penambahan infrastruktur untuk kendaraan listrik.
Para pemimpin industri otomotif, seperti Lisa Brankin dari Ford UK, mengajak pemerintah untuk segera bertindak dalam menciptakan permintaan bagi kendaraan listrik. Meskipun investasi telah meningkat, permintaan dari konsumen belum sejalan dengan target mandat ZEV yang ditetapkan.
Untuk mendorong adopsi kendaraan listrik di kalangan konsumen, sangat penting bagi pemerintah untuk menyediakan lebih banyak insentif dan mengurangi beban pajak. Banyak pabrikan optimis bahwa dengan dukungan yang tepat, adopsi mobil listrik dapat meningkat secara signifikan dan melampaui ekspektasi yang ada saat ini.