Tahun ini, Robert Kubica menjadi pembalap Polandia pertama yang menang di Le Mans, ditemani Yifei Ye sebagai pemenang Tiongkok pertama dan Phil Hanson sebagai pemenang Britania ke-35. Bagi Hanson, ini adalah kemenangan kedua di Le Mans setelah kelas LMP2 pada tahun 2020.
Kubica dan Ye berhasil mengatasi rintangan masa lalu. Kubica hampir bergabung dengan Ferrari F1 pada 2012, sebelum kecelakaan rally pada 2011 menghancurkan peluang tersebut. Pada 2021, mereka gagal meraih kemenangan LMP2 akibat masalah listrik, dan Ye mengalami kecelakaan besar pada 2023.
Meskipun mendapatkan persaingan ketat dari tim ternama seperti Alpine, Aston Martin, dan Toyota, Ferrari tampil dominan sepanjang musim ini, mengantongi tiga kemenangan sebelum Le Mans. Namun, meski ada spekulasi tentang "sandbagging", mereka muncul sebagai penantang terkuat setelah lampu hijau.
Awalnya, dua Porsche Penske 963 memimpin jalannya balapan, namun Ferrari #83 berhasil merebut posisi pertama. Pertarungan sengit tetap terjadi dengan Porsche #6 yang berupaya mengejar ketertinggalan. Akhirnya, meski Ferrari pabrik menghadapi masalah teknis, #83 berhasil mengamankan kemenangan.
Isu tentang Ferrari menahan kekuatan mereka terbukti benar, tetapi akhirnya mereka mampu melewati pesaing dan mengamankan posisi terdepan. Taktik pit stop yang tepat membantu #83 mempertahankan posisi hingga akhir tanpa kendala berarti.
Kemenangan ini menandai kejayaan ke-12 Ferrari di Le Mans, menyamai kejayaan masa lalu di tahun 1960-an. Alessandro Pier Guidi dengan yakin mengatakan bahwa lebih banyak tekanan dihadapi oleh tim tanpa kemenangan sebelumnya, dan Ferrari berhasil membuktikan keunggulan mereka di era Hypercar ini.
Ferrari menambah koleksi sejarah mereka di Le Mans dengan kemenangan fenomenal yang berbekas di generasi ini. Dedikasi dan strategi taktis mereka memastikan bahwa tiga kemenangan beruntun ini akan menjadi bagian dari mitologi Ferrari di dunia balap.
