Kabar dari Jepang menunjukkan bahwa banyak anggota dewan Nissan lebih mendukung kerja sama dengan Foxconn dibandingkan dengan merger dengan Honda. Foxconn berencana untuk membeli sebagian atau bahkan seluruh saham Renault di Nissan, yang merupakan hasil dari perjanjian aliansi joint venture yang dimulai pada tahun 1999. Foxconn menyatakan, "Jika perlu, kami akan mempertimbangkan untuk mengambil bagian, tetapi tujuan utama kami adalah kerjasama."
Nissan berada dalam situasi kritis dengan keuntungan operasi yang merosot hingga 90% dalam enam bulan sampai September 2024. Setelah pengumuman gagalnya merger, saham Nissan anjlok sebesar 6,3%, dan saat ini nilainya hanya seperempat dari Honda. Nissan sangat membutuhkan mitra dengan dana yang cukup untuk mengatasi masalah ini. Di sinilah Foxconn, yang bernilai lebih dari sepuluh kali lipat Nissan, bisa menjadi solusi.
Dengan dua model kendaraan listrik (EV) terbaru yang diperkenalkan pada Oktober 2024, Foxconn berupaya menjelma sebagai perakit kendaraan untuk perusahaan otomotif. Meskipun telah mencatatkan beberapa kesuksesan dengan model-modelnya, akuisisi saham Nissan bisa memberikan akses kepada Foxconn untuk keahlian dan teknologi otomotif yang lebih luas.
Model produksi kontrak yang diterapkan oleh Foxconn memberikan keuntungan di segmen pasar yang sangat kompetitif. Sebagai contoh, Apple menghasilkan pendapatan dua kali lipat dari Ford dengan keuntungan bersih yang mencapai 23 kali lipat. Namun, dana yang dimiliki Foxconn mungkin tidak cukup untuk menyelamatkan Nissan tanpa adanya arah yang jelas dari manajemen saat ini.
Gagalnya merger antara Nissan dan Honda membuka peluang bagi Foxconn untuk menjalin kerja sama yang lebih signifikan dengan Nissan. Dengan berbagai tantangan besar yang ada di depan, Nissan sangat memerlukan mitra yang kuat untuk tetap bertahan, sementara Foxconn berupaya memasuki industri otomotif. Apakah kerja sama ini akan membawa perubahan yang dibutuhkan oleh Nissan? Hanya waktu yang akan menjawab.