Sebelum acara, Verstappen bahkan tidak tahu apa itu F1 75. Acara ini muncul seolah-olah tanpa permintaan, menimbulkan pertanyaan: mengapa perlu diadakan? Seperti yang kita ketahui, selama 74 musim sebelumnya, peluncuran livery tidak pernah menjadi peristiwa besar. Mobil baru biasanya diperlihatkan sekilas, kemudian tim kembali bekerja di terowongan angin. Visual livery jarang menarik perhatian karena seringkali mirip dengan tahun sebelumnya. Konsistensi menjadi kunci, seperti warna khas merah untuk Ferrari dan perak untuk Mercedes.
Untuk ulang tahunnya yang ke-75, F1 menggelar acara yang sangat berbeda. Tumpukan mobil dengan perubahan kecil disuguhkan dalam pertunjukan megah dengan cahaya dan suara yang memukau, namun sedikit sekali referensi ke mobil itu sendiri. Acara ini diisi dengan hiburan dari artis terkenal dan host ternama, disajikan dalam dua jam pertunjukan penuh suara dan kilatan cahaya, tetapi substansinya tentang balapan sedikit tergerus oleh aspek hiburan.
Reaksi dari penonton di O2 Arena sangat bersemangat, berbeda dengan respons yang muncul secara online. Para penggemar lebih tertarik kepada pembalap dibandingkan livery mobil atau kolaborasi baru tim dengan sponsor. Semua mata tertuju pada pembalap populer seperti Lando Norris dan Charles Leclerc. Acara ini seolah menggambarkan transformasi dunia F1 dari balapan murni menjadi drama yang dikelilingi oleh glamor dan persona menarik.
Acara F1 75 menjadi bukti bahwa ada pasar untuk pertunjukan seperti ini, meskipun ada komentar skeptis. F1 kini bukan lagi sekadar balapan mobil cepat, melainkan lebih banyak tentang hubungan antara pembalap dan kisah di balik mereka. Meskipun banyak kritik yang muncul, jelas ada audiens yang menikmati dan mengapresiasi hiburan ini sebagai bentuk baru dari kecintaan terhadap F1.
Artikel ini menggambarkan bagaimana F1 telah bertransformasi menjadi lebih dari sekadar perlombaan mobil, tetapi juga menjadi fenomena budaya pop yang menarik perhatian besar di tingkat global.