Presiden AS Donald Trump menandatangani perintah eksekutif pada 4 Februari untuk memberlakukan tarif 25% pada barang dari Kanada dan Meksiko, dengan pelaksanaan segera. Tarif untuk barang dari China juga meningkat menjadi 20%. Pada 12 Maret, tarif 25% untuk baja dan aluminium akan diterapkan. Semua ini memicu reaksi balasan dari negara-negara yang terkena dampak, dan dunia pun bersiap menghadapi dampak lebih lanjut.
Konsumen akan merasakan dampaknya. Menurut Anderson Consulting, harga mobil bisa naik antara $4.000 hingga $10.000. Insentif kemungkinan akan segera dihapus, dan stok kendaraan akan menyusut. S&P memprediksi ada kemungkinan 70% bahwa tarif ini tidak akan bertahan lebih dari dua minggu, tetapi efeknya akan segera terlihat, dengan pabrik mengurangi atau menghentikan produksi.
Rantai pasokan akan terdampak besar. Seperti yang ditunjukkan oleh krisis semikonduktor, satu komponen yang hilang dapat menghentikan proses perakitan. Banyak pemasok tidak mampu menanggung biaya tambahan, yang berpotensi mengarah pada kebangkrutan jika biaya tersebut tidak dapat diteruskan kepada produsen mobil.
Memindahkan perakitan kendaraan ke AS bukanlah hal yang mudah atau cepat. Beberapa kendaraan sulit dipindahkan karena hanya diproduksi di negara tertentu. Kapasitas pabrik tidak selalu mencukupi untuk menggantikan pabrik yang tutup, dan membangun fasilitas baru membutuhkan waktu serta investasi besar.
Tarif ini mungkin merupakan strategi untuk merundingkan ulang perjanjian USMCA lebih awal, yang dijadwalkan untuk direvisi pada musim panas 2026. Trump diperkirakan ingin memperketat persyaratan konten AS dan meningkatkan biaya tenaga kerja di Meksiko.
Situasi ini menciptakan ketidakpastian besar bagi industri otomotif. Para produsen otomotif global akan menunda keputusan penting selama periode ketidakpastian ini, yang bisa berdampak panjang hingga 2025. Ini adalah waktu yang menantang bagi industri yang harus cepat beradaptasi.