Nissan dan Honda Bersatu: Tantangan Besar dari Industri Otomotif China

Nissan dan Honda merencanakan penggabungan untuk membentuk salah satu perusahaan otomotif terbesar di dunia, dengan total penjualan mencapai delapan juta unit per tahun dan omzet sebesar £150 miliar.

Alasan Utama Penggabungan

Tujuan utama dari penggabungan ini adalah menghadapi tantangan besar dari industri otomotif China yang semakin berkembang pesat secara global. Selain itu, elektrifikasi mobil membawa tantangan biaya yang signifikan, yang diharapkan dapat diatasi lebih efisien melalui sinergi ini.

Dukungan dan Latar Belakang

1. Nissan:
- Pernah menjadi pemimpin pasar mobil listrik dengan Nissan Leaf.
- Memegang saham mayoritas di Mitsubishi Motors, yang juga menghadapi tantangan dalam pengembangan mobil listrik.

2. Honda:
- Memiliki rekam jejak kerja sama dalam pengembangan kendaraan listrik dengan GM dan Sony, meskipun belum menemukan pijakan yang kuat.
- Menghadapi ketidakpastian dalam strategi elektrifikasi.

Kerjasama dan Tantangan

Sejak Maret 2024, Nissan dan Honda telah sepakat untuk berkolaborasi dalam pengembangan kendaraan listrik, menunjukkan keeratan hubungan mereka. Sementara itu, hubungan Nissan dengan Renault mulai merenggang, meski proyek-proyek yang ada, seperti produksi Nissan Micra EV di Prancis, akan tetap berlanjut.

Struktur Penggabungan dan Masa Depan

Keduanya berencana untuk membentuk perusahaan induk bersama pada pertengahan 2025. Pembagian biaya, teknologi, platform, dan fasilitas produksi akan dimulai setelah independensi keuangan masing-masing berakhir pada pertengahan 2026.

Namun, integrasi ini bukan tanpa tantangan. Budaya kerja antara kedua perusahaan perlu diselaraskan agar kerjasama ini berhasil. Keberhasilan penggabungan tidak hanya bergantung pada logika industri dan finansial, tetapi juga pada bagaimana para karyawan merespons perubahan ini.

Kesimpulan

Penggabungan Nissan dan Honda adalah respon strategis terhadap tantangan dari industri otomotif China serta tingginya biaya elektrifikasi. Keberhasilan integrasi ini bergantung pada kebersamaan kultural kedua perusahaan dan kualitas kerja sama mereka. Tantangannya adalah menyatukan budaya korporat yang berbeda untuk dapat bersaing di panggung global dengan lebih efektif.