Hole menjelaskan bahwa ada program listrik yang berjalan paralel dengan pengembangan mesin pembakaran. Morgan memproyeksikan masa depan di mana mobil listrik dan mesin pembakaran internal akan berjalan beriringan, terutama setelah tahun 2030. "Kami akan mempertahankan mesin pembakaran selama mungkin," katanya, menekankan DNA dan permintaan pelanggan sebagai alasan utamanya.
Salah satu kendala utama dalam produksi mobil listrik Morgan adalah teknologi, terutama berat baterai. "Baterai solid state akan menjadi faktor kunci bagi kami," tambah Hole. Dengan baterai yang lebih ringan, Morgan dapat kembali pada prinsip produknya: mobil sport berbobot ringan yang menyenangkan untuk dikendarai.
Morgan dikenal dengan identitas kuatnya: merakit mobil sport ringan secara manual. Kerja sama mereka dengan BMW dalam penyediaan mesin telah berlangsung lebih dari dua dekade dan kemungkinan akan dilanjutkan untuk program kendaraan listrik. "Kami sedang berdiskusi dengan beberapa OEM, termasuk BMW," ungkap Hole.
Hole juga menyoroti betapa bersihnya mesin 3.0-liter enam silinder dalam Supersport. Dalam sasis ringan, emisinya sangat minim. BMW dikenal konservatif terhadap estimasi tenaga mesinnya, membuka peluang untuk optimalisasi lebih lanjut.
Hole berharap bisa mengembangkan varian V8, meskipun itu semakin menantang. Pasokan mesin V8 semakin berkurang dan digantikan oleh V6 atau inline fours. "Kami membutuhkan daya tahan jangka panjang," jelasnya, dengan kebutuhan penggantian powertrain setiap 10-15 tahun sekali. Meski ia pribadi menyukai V8, Hole menyadari hal ini makin sulit dilakukan.
Morgan berkomitmen untuk menjaga tradisi mesin pembakaran setidaknya hingga 2030, saat teknologi listrik lebih siap. Mereka menghadapi tantangan berat dalam teknologi baterai dan pasokan mesin V8, namun terus mencari cara untuk mempertahankan identitas kuat mereka sebagai pembuat mobil sport ringan yang mengesankan.