Pada awal tahun 1900-an, Percival Lowell, seorang astronom Amerika, mengklaim telah menemukan kanal di Mars. Terkadang, kita melihat apa yang ingin kita percayai. Begitu pula dengan e-fuel, bahan bakar cair netral karbon yang berpotensi memperpanjang kejayaan mesin pembakaran tanpa menimbulkan rasa bersalah. Namun, apakah ini benar-benar solusi ideal, atau kita hanya memilih untuk percaya?
E-fuel adalah bahan bakar sintetis yang dapat digunakan pada semua kendaraan bertenaga bensin atau diesel tanpa perlu modifikasi. Meskipun demikian, proses produksinya memerlukan energi yang sangat besar, lebih banyak dibandingkan dengan energi yang dihasilkan langsung dari baterai.
Paddy Lowe, mantan insinyur Formula 1, kini berfokus pada e-fuel melalui perusahaannya, Zero Petroleum. Lowe menekankan pentingnya e-fuel untuk alat transportasi yang sulit dialihkan ke tenaga listrik, seperti pesawat terbang dan kapal laut.
E-fuel memang membutuhkan lebih banyak energi untuk diproduksi dibandingkan baterai listrik. Saat ini, produksinya masih dalam skala kecil dan biayanya cukup tinggi. Namun, Lowe yakin bahwa seiring waktu, biaya dapat ditekan. E-fuel bisa menjadi solusi logistik energi yang efektif, terutama jika diproduksi di lokasi yang dekat dengan sumber energi terbarukan, seperti di padang gurun atau di tengah lautan.
Meskipun e-fuel belum dapat sepenuhnya menggantikan energi fosil, ia memiliki potensi untuk menjadi bagian dari solusi energi yang lebih ramah lingkungan, khususnya di sektor transportasi besar. Optimisme dari Paddy Lowe memberikan harapan bahwa e-fuel bisa mendukung transisi energi meskipun mungkin tidak menjadi solusi tunggal.
Ringkasan: Artikel ini membahas e-fuel sebagai potensi energi alternatif yang bersifat netral karbon. Walaupun menjanjikan, tantangan efisiensi dan biaya produksi yang tinggi harus diatasi. Paddy Lowe dari Zero Petroleum optimis bahwa e-fuel bisa menjadi salah satu solusi logistik energi di masa depan.